Jumat, 25 Oktober 2013

Perbandingan Sistem Pengajaran Di Negara Jepang



BAB I
PENDAHULUAN

A.     Latar Belakang
a)        Sejarah Negara Jepang
Negara Jepang adalah negara yang tidak begitu luas dibandingkan dengan Indonesia. Namun Jepang sudah mampu mengalahkan negara-negara Asia lainnya. Luas negara Jepang sendiri adalah + 378.000km2 (ada pula yang menyebutkan hanya 370.000 km2). Itu berarti hanya 1/25 (seper dua puluh lima) dari negara Amerika.
Sejarah Negara Jepang, Jepang dimulai pada tahun 1603. Pada saat itu, Ieyasu yang telah berhasil menyatukan seluruh Jepang, membangun kekaisarannya di Edo, sekarang dikenal dengan Tokyo. Ieyasu mencoba membangun setiap aspek di negara ini sehingga negara ini mampu berdiri sendiri tanpa bantuan dari negara lain. Hasil dari politik yang dilakukan Ieyasu ini kemudian dimanfaatkan oleh Kekaisaran Tokugawa pada tahun 1639 dengan lahirnya Politik Isolasi. Latar belakang dari lahirnya Politik Isolasi ini banyaknya misionaris Kristen yang datang menyebarkan Agama Kristen. Berkembangnya Agama Kristen akan menjadi mimpi buruk bagi kekaisaran, oleh sebab itu Kaisar mengambil langkah untuk tidak berhubungan dengan negara asing, kecuali dengan Pedagang-Pedagang Belanda yang dinilai menguntungkan. Itu pun hanya dilakukan di satu tempat, yaitu di Pulau Dejima, Nagasaki. Sejarah Awal Berdiri Negara Jepang Politik Isolasi ini bertahan lebih dari 200 tahun sampai pada tahun 1853, Komodor Perry dari angkatan laut Amerika Serikat dengan 4 buah kapalnya memaksa Jepang untuk membuka diri kembali terhadap dunia luar.
Kekaisaran Tokugawa berakhir pada tahun 1867, dan digantikan dengan Kekaisaran Meiji. Pada zaman ini Jepang banyak mengalami kemajuan. Dan hanya dalam beberapa decade mampu menyejajarkan diri dengan negara-negara barat. Pada zaman ini pula Edo berganti nama dengan Tokyo, dan kasta-kasta yang ada pada zaman feudal dihapuskan. Restorasi Meiji benar-benar mampu menggerakkan seluruh aset negara yang ada, sehingga pada beberapa peperangan, Jepang dapat menang. Hasil dari kemenangan itu antara lain adalah dengan direbutnya Taiwan dari Cina pada tahun 1895 dan Sakhalin selatan pada tahun 1905 dari Rusia. Setelah itu Jepang pun mulai membesarkan daerah jajahannya dengan merebut korea pada tahun 1910. Kaisar Meiji meninggal pada tahun 1912 dan mewariskan tahta pada Kaisar Taisho, dan dimulailah Kekaisaran Showa.
Kekaisaran Showa ini dimulai dengan kondisi yang menjanjikan. Industri yang terus berkembang, dan kehidupan politik yang telah mengakar di parlemen-parlemen pemerintahan. Namun masalah-masalah baru terus bermunculan. Krisis ekonomi dunia menekan kehidupan rakyat. Rakyat mulai tidak percaya terhadap pemerintah karena banyaknya skandal. Hal ini dimanfaatkan oleh para ekstrimis dan berhasil menomor satukan militer di negara ini. Jepang pun mulai terlibat pada banyak peperangan. Fungsi dari Parlemen pun semakin berkurang. Semuanya ditangani militer. Hingga pada akhirnya pecahnya Perang Pasifik pada tahun 1941.
Pada tahun 1945, Jepang menyerah pada sekutu akibat semakin melemahnya kekuatannya setelah Hiroshima dan Nagasaki dilumpuhkan. Dalam masa pendudukan sekutu ini banyak hal yang diubah. diantaranya adalah diberikannya hak kepada wanita untuk memberikan suara pada pemilu, dan juga kebebasan untuk mengelurkan pendapat, memeluk agama, dan lain-lain.
Pada tahun 1951, setelah ditanda tanganinya Perjanjian Perdamaian San Fransisko, Jepang mendapatkan haknya kembali untuk menjalankan politiknya kembali.
Satu tugas besar menunggu, yaitu mengangkat kembali negara ini dari keterpurukannya akibat perang. Dalam masa tidak lebih dari 10 tahun, dibantu dengan negara-negara luar, Jepang mampu tegak kembali dan bersaing di pasar internasional. Satu bukti dari kebangkitannya itu adalah dengan menjadi tuan rumah Olimpiade Tokyo 1964, yang juga menjadi symbol atas kebangkitan Jepang. Tidak hanya itu, pada tahun 1975 Jepang sudah diakui menjadi negara maju dan masuk dalam kelompok negara G-7.
b)        Geografi Negara Jepang


Peta Jepang.jpg
 














Jepang adalah negara kepulauan di Asia Timur. Kepulauan Jepang terdiri dari pulau-pulau stratovolcano, empat pulau utama dari utara ke selatan adalah Hokkaido, Honshu, Shikoku, dan Kyushu. Jepang berada 36°sebelah utara khatulistiwa dan 138°sebelah timur meridian utama. Jepang berada di utara timur laut Cina dan Taiwan (dipisahkan oleh Laut Cina Timur), sebelah timur Korea (dipisahkan oleh Laut Jepang), dan sebelah selatan Rusia Timur Jauh.
Selain 4 pulau utama, terdapat 3.000 pulau-pulau berukuran lebih kecil, termasuk Okinawa serta pulau-pulau kecil yang berpenghuni atau tidak berpenghuni. Pada tahun 2006, total luas wilayah Jepang adalah 377.923,1 km², di antaranya 374.834 km² adalah daratan dan 3.091 km² perairan. Sekitar 73% wilayah Jepang adalah daerah pegunungan. Total luas wilayah Jepang kira-kira 85% luas Pulau Sumatra, namun lebih besar dari luas wilayah Jerman, Malaysia, Selandia Baru, dan Britania Raya.
c)         Kegiatan Ekonomi Negara Jepang
Sektor-sektor yang mendukung perekonomian negara Jepang antara lain sebagai berikut:
1)      Pertanian
Luas tanah di Jepang terbatas sehingga kegiatan pertaniannya dilakukan secara intensif dan mekanis. Hasil pertaniannya antara lain padi, gandum, teh, sutra, buah-buahan, sayuran, dan tembakau. Dengan kemajuan teknologi yang ada dan keterbatasan lahan dikembangkanlah teknik bercocok tanam dengan media hidup tanpa menggunakan tanah yang disebut hidroponik. Media hidupnya seperti busa, arang, atau serabut kelapa.
2)      Perikanan
Penduduk Jepang termasuk yang paling gemar mengkonsumsi ikan. Industri perikanannya sangat maju karena didukung oleh kondisi alam yang ada.
Faktor-faktor pendukungnya antara lain mempunyai perairan laut yang kaya ikan, merupakan tempat bertemunya arus panas kurosyiwo dan arus dingin oyasyiwo, menggunakan teknologi modern untuk penangkapan ikan, serta memiliki banyak pelabuhan alam untuk dermaga perikanan (teluk). Hasil ikannya sarden, salmon, tuna, paus, haring.
3)      Perindustrian
Mata pencaharian penduduk Jepang sebelum masuk era industrialisasi adalah petani dan nelayan. Sejarah industrialisasi Jepang dimulai sejak tahun 1880-an dengan didirikannya pabrik tekstil dan benang. Namun perkembangan industri sangat pesat terjadi sejak tahun 1920, dengan makin berkembangnya perusahaan raksasa seperti Mitsubishi, Mitsui, dan Sumitomo. Jepang memiliki kota-kota penting pusat perekonomian dan pemerintahan yaitu Tokyo, Ginza, Osaka, Kyoto, Nagoya, dan Yatawa. Hingga saat ini, perekonomian Jepang bertumpu pada perdagangan dan industri yang menghasilkan motor, mobil, kapal laut, alat-alat elektronika, dan kereta api tercepat di dunia.

B.     Rumusan Masalah
1.      Mengetahui Politik dan Tujuan Pendidikan di Negara Jepang
2.      Mengetahui Bagaimana Struktur dan Jenis Pendidikan di Negara Jepang
3.      Mengetahui Bagimana Manajemen Pendidikan di Negara Jepang
4.      Mengetahui Isu-Isu Pendidikan di Negara Jepang
5.      Mengetahui Analisa Terhadap Sistem Pendidikan Negara Jepang

C.     Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari penulisan Makalah yang sederhana ini tidak lain dan tidak bukan hanya lah untuk memenuhi tugas yang diberikan oleh Dosen Pembimbing Mata Kuliah PERBABDINGAN PENDIDIKAN . Selain itu juga kami mengharapkan agar Makalah sederhana kami ini dapat bermanfaat bagi semua pihak dan dapat dijadikan bahan Referensi untuk pengkajian tentang Perbandingan Pendidikan di Negara Jepang yang lebih mendalam.










BAB II
PEMBAHASAN

A.     Politik Dan Tujuan Pendidikan Negara Jepang
Sistem politik Jepang adalah menganut negara monarki konstitusional yang sangat membatasi kekuasaan Kaisar Jepang. Sebagai kepala negara seremonial, kedudukan Kaisar Jepang diatur dalam konstitusi sebagai "simbol negara dan pemersatu rakyat". Kekuasaan pemerintah berada di tangan Perdana Menteri Jepang dan anggota terpilih Parlemen Jepang, sementara kedaulatan sepenuhnya berada di tangan rakyat Jepang. Kaisar Jepang bertindak sebagai kepala negara dalam urusan diplomatik.
Parlemen Jepang adalah parlemen dua kamar yang dibentuk mengikuti sistem Inggris. Parlemen Jepang terdiri dari Majelis Rendah dan Majelis Tinggi. Majelis Rendah Jepang terdiri dari 480 anggota dewan. Anggota majelis rendah dipilih secara langsung oleh rakyat setiap 4 tahun sekali atau setelah majelis rendah dibubarkan.
Tujuan-tujuan yang menjadi target yang ingin dicapai pendidikan Jepang yaitu :
1.      Mengembangkan kepribadian setiap individu secara utuh.
2.      Berusaha keras mengembangkan Sumber Daya Manusia yang berkualitas baik pikiran maupun jasmani.
3.      Mengajarkan kepada setiap siswa agar senantiasa memelihara keadilan dan kebenaran.
4.      Setiap siswa dididik untuk selalu menjaga keharmonisan dan menghargai terhadap lingkungan sosialnya.
5.      Setiap siswa dituntut untuk disiplin, menghargai waktu, dan memiliki etos kerja.
6.      Pengembangan sikap bertanggungjawab terhadap setiap pembebanan pelajaran dan tugas yang diberikan kepada siswa sesuai dnegan tingkat pendidikannya masing-masing.
7.      Meningkatkan semangat independen setiap siswa untuk membangun negara dan menjaga perdamaian dunia.

B.     Struktur Dan Jenis Pendidikan Negara Jepang
Secara umum tidak ada perbedaan antara struktur pendidikan di Jepang dengan di Indonesia yang terdiri atas Taman kanak-kanak, Pendidikan dasar, pendidikan menengah, pendidikan tinggi dan pendidikan non formal.
a.      Taman Kanak-Kanak
Sekitar 63% anak-anak dijepang memulai pendidikan dengan Taman Kanak-kanak. Usia masuk taman kanak-kanan adalah 3-5 tahun. Pendidikan Taman kanak-kanak berada di bawah naungan kementrian pendidikan Jepang (MEXT). Kurikulum TK ditetapkan oleh masing-masing sekolah dengan cara musyawarah antar sekolah dan mempertimbangkan petunjuk pemerintah. Setiap taman kanak-kanak harus mengembangkan kurikulum yang cocok untuk tahap perkembangan anak-anak dan masyarakat setempat. Setiap kurikulum yang disusun harus mengikuti persyaratan hukum yang berlaku.
b.      Pendidikan Dasar
Jepang menerapkan wajib belajar sembilan tahun. Rentang usia pendidikan dasar 6 sampai 15 tahun. Seperti halnya di Indonesia wajib belajar di Jepang terdiri dari SD dan SMP. Lain dengan Indoneia wajib belajar sembilan tahun benar-benar ditekankan oleh pemerintah kepada semua penduduk yang tinggal di Jepang baik warga negara Jepang maupun warga negara asing. Setiap orang tua yang mempunyai anak berusia 6-15 tahun harus menyekolahkan anaknya. Apabila terdapat orang tua yang tidak menyekolahkan anaknya maka sanksi hukum dapat dikenakan kepada orang tua tersebut. Sekolah Dasar di Jepang 97% adalah sekolah negeri. Biaya pendidikan sebagian besar ditanggung pemerintah seperti biaya masuk, biaya pengajaran dan buku sekolah dengan fasilitas sekolah yang lengkap. Orang tua hanya menyediakan fasilitas lainnya seperti perlengkapan sekolah, makan siang dan biaya piknik. Usia awal masuk sekolah dasar adalah 6 tahun, dengan lama pendidikan di sekolah dasar 6 tahun. Kelas di Jepang akan ditentukan berdasarkan usia anak per bulan April. Kegiatan belajar mengajar dimulai pukul 07.15 sampai dengan 15.00 dan tidak boleh diantar maupun dijemput oleh orang tua. Tidak seperti di Indonesia, anak-anak tidak memakai seragam ke sekolah. Pakaian anak-anak Jepang ke Sekolah Dasar adalah bebas.
c.       Pendidikan Menengah Pertama
Pendidikan menengah di Jepang terdiri dari dua level yaitu SMP dan SMA. SMP merupakan wajib belajar. Seperti halnya di SD, SMP-SMP jepang 97% merupakan sekolah negeri dan hanya 3% saja yang dikelola oleh swasta. Sekolah-sekolah yang dikelola oleh swasta biasanya memiliki ciri khas seperti keagamaan. Guru di sekolah Menengah Pertama mempunyai pendidikan sarjana dengan sertifikat kelas dua. Seperti halnya di sekolah dasar sertifikat hanya berlaku selama satu tahun selebihnya harus mengikuti ujian kembali.
d.      Pendidikan Menengah Atas
Tamatan SMP dapat melanjutkan ke SMA dengan mengikuti seleksi yang diadakan oleh masing-masing sekolah. Hampir 90% tamatan Sekolah Menengah Pertama di Jepang melanjutkan ke SMA. Ada tiga jenis SMA di Jepang yaitu sekolah negeri yang diatur oleh pemerintah pusat, sekolah negeri yang diatur pemerintah propinsi dan sekolah swasta yang diatur oleh lembaga hukum swasta. Biaya pendidikan untuk tingkat SMA ditanggung oleh masing-masing individu karena pendidikan di SMA tidak termasuk pendidikan dasar. Kualifilasi guru SMA dijepang adalah berpendidikan Magister dengan sertifikat mengajar kelas satu, sedangkan guru yang berpendidikan Doktor mempunyai sertifikat kelas dua.
Kurikulum di SMA diatur oleh masing-masing sekolah dengan mengikuti aturan pemerintah. Kebebasan untuk meramu kurikulum di masing-masing sekolah sangat terbatas namun memungkinkan tiap daerah dan sekolah mempunyai ciri khas tersendiri. Beberapa hal yang harus diperhatikan pada saat membuat kurikulum untuk SMA adalah menetapkan tujuan sekolah, mempelajari standar kurikulum dan korelasinya dengan tujuan sekolah, menyusun mata pelajaran wajib dan pilihan serta mengalokasikan hari efektif sekolah dan jam belajar. Mata pelajaran yang diajarkan meliputi bahasa Jepang, bahasa Inggris, Matematika, Sejarah, Olahraga, Keterampilan dan Kesenian, IPA, Mata pelajaran terpadu serta Home room. Tiap sekolah memiliki kebebasan meramu pelajaran pilihan khususnya untuk kelas 2 dan 3 dengan jumlah kredit rata-rata adalah 30 untuk setiap jenjang.
Berikut ini adalah contoh kurikulum yang diterapkan di SMA Nakamura sebuah SMA Negeri dan favorit di Jepang. SMA Nakamura adalah SMA yang menganut sistem mata pelajaran waktu penuh dengan hari belajar dari Senin sampai Jumat. Tujuan sekolah adalah untuk mengarahkan lulusannya melanjutkan ke Perguruan Tinggi. Seperti halnya SMA lainnya di Jepang, jam pelajaran pertama dimulai pada pukul 8:45 dan berakhir pada pkl 15.15. Terdapat 31 jam pelajaran selama 5 hari belajar yaitu 6 jam setiap harinya kecuali hari Rabu. Waktu belajar mengajar setiap jam belajarnya adalah 50 menit. Mata pelajaran yang diajarkan meliputi: Bahasa Jepang, Geografi/ Sejarah, Pendidikan Kewarganegaraan, matematika, Pendidikan Jasmani dan OR, Pendidikan Seni, Bahasa Asing (Bahasa Inggris), Pendidkan Kesejahteraan Keluarga, dan Mata pelajaran terpadu. Ujian diadakan sebanyak 5 kali yaitu pada bulan Mei, Juli, Oktober, Desember dan Februari. Tahun ajaran baru dimulai pada bulan April dan diakhiri bulan pertengahan Juli. Salah satu ciri khas SMA Nakamura adalah Reading Session yang diperuntukkan untuk kelas 1 dan 2. Pada kegiatan ini masing-masing kelas dianjurkan untuk memilih satu buku yang akan didiskusikan bersama dalam kelas. Tujuan kegitan ini adalah untuk memberikan pemahaman yang luas dan saling pengertian antar siswa dalam mengeluarkan pendapat.


e.       Pendidikan Kejuruan
Seperti halnya di Indonesia, selain Sekolah Menengah Atas terdapat pula Sekolah Kejuruan. Konsep pemisahan antara sekolah umum dan sekolah menengah adalah bentuk pelaksanaan demokrasi, yang memberikan kesempatan kepada warganegara untuk mengikuti pendidikan sesuai keinginannya. Penyediaan sekolah kejuruan bertujuan untuk menampung aspirasi warganegara yang tidak menginginkan pendidikan umum.
Namun sejalan dengan perkembangan dan tuntutan pendidikan di jepang timbullah sebuah pemikiran untuk mengintegrasikan pendidikan umum dan pendidikan kejuruan. Reformasi yang dilakukan bukan berarti mengintegrasikan antara SMA dan SMK, namun meramu kurikulum baru yang seimbang antara konten akademik dan konten vokasionalnya. Dengan usulan itu, maka kurikulum SMK pun harus dilengkapi dengan pendidikan umum selain pendidikan kejuruan demikian pula sebaliknya.
Salah satu contoh sekolah yang menerapkan pendidikan umum dan pendidikan kejuruan adalah SMA Negeri favorit di Nagano yaitu SMA Tatsuno. Pendidikan umum di SMA Tatsuno dibagi dalam 3 jurusan, yaitu Jurusan Bahasa yang merupakan jurusan untuk melanjutkan ke Fakultas Bahasa, Akademi/College, atau bercita-cita menjadi pegawai negeri. Jurusan kedua adalah Jurusan Sains yang mempersiapkan siswa untuk meneruskan ke Perguruan Tinggi jurusan sains. Dan yang ketiga adalah Jurusan Kesejahteraan dan Keluarga yaitu jurusan yang mempersiapkan siswa untuk meneruskan ke PT jurusan sosial kemasyarakatan. Pendidikan Kejuruan di Tatsuno adalah pendidikan bisnis, yang dibagi menjadi tiga jurusan, yaitu Jurusan Akuntansi, Jurusan Informasi, dan Jurusan Manajemen. Jurusan Akuntansi mempersiapkan siswa untuk melanjutkan ke Perguruan Tinggi pada jurusan terkait. Jurusan Informasi menekankan kepada penguasaan multimedia dan penyusunan informasi bisnis, dengan sasaran melanjutkan ke Perguruan Tinggi. Jurusan Manajemen memfokuskan kepada kegiatan manajemen bisnis, marketing dan etika berbisnis.
f.        Pendidikan Tinggi
Di Jepang secara umum ada 2 jenis perguruan tinggi yaitu Daigaku (Universitas) dan Tanki-daigaku (junior college). Lamanya pendidikan Daigaku adalah 4 tahun kecuali pada program-program kedokteran. Sedangkan pada Tanki-daigaku selama 2 sampai 3 tahun. Untuk masuk ke Perguruan Tinggi di jepang harus mengikuti proses seleksi yang sangat ketat dengan tingkat kompetisi yang tinggi. Awalnya mereka mengikuti Achievement tes (tes tertulis) yang diadakan serentak sama seperti SPMB di Indonesia. Setelah itu calon mahasiswa harus mengikuti interviuw, tes essay dan ujian-ujian lain yang diselenggarakan oleh Pergururuan Tinggi.
g.      Pendidikan Non Formal
Pendidikan non formal di Jepang dikenal sebagai pendidikan sosial. Banyak tersedia untuk pendidikan non formal seperti pendidikan untuk remaja, usia lanjut, atau hobi seperti surat menyurat. Kegiatan pendidikan non formal di Jepang rata-rata dilaksanaan oleh lembaga non pemerintah seperti lembaga persurat kabaran, lembaga penyiaran, toko-toko, perusahaan dan lain-lain.

C.     Manajemen Pendidikan Negara Jepang
a)      Otorita Pendidikan
Wewenang tertinggi yang mengatur tentang pendidikan di seluruh Jepang ada pada Kementerian Pendidikan, Budaya, Olahraga, Sains dan Teknologi. Yang selanjutnya memiliki perpanjangan tangan kekuasaan yaitu Dinas Pendidikan di setiap prefecture dan municipal (provinsi dan kota), yang disebut Kyouikuiinkai (The Board of Education).
Dinas Pendidikan adalah institusi yang terpisah dan independen dari kekuasaan Gubernur atau Walikota. Dinas Pendidikan terdiri dari Dewan Perwakilan (Representative Council) yang terdiri dari 5 orang anggota yang merupakan perwakilan dari masyarakat (angka ini bisa saja 6 di prefektur yang lain dan bisa juga kurang dari 5 di level kota kecil). Wakil-wakil ini ditunjuk oleh Gubernur atau Walikota dan kemudian diajukan kepada Dewan Perwakilan Rakyat Prefektur atau Kota untuk diangkat.
Selanjutnya di samping Dewan Perwakilan yang dipilih di level provinsi atau kota, sebagaimana Dinas Pendidikan di semua prefektur di Jepang, Dinas Pendidikan juga terdiri dari struktur organisasi yang pegawainya diangkat oleh Menteri Pendidikan.
b)      Pendanaan Pendidikan
Tahun 2007, Kementerian Pendidikan, Olahraga, Budaya dan Teknologi Jepang (MEXT) menetapkan dana pendidikan sebesar 5,270.5 billion yen. Berikut adalah alokasi anggaran yang diterbitkan oleh MEXT dalam situsnya.
Anggaran terbesar dialokasikan untuk pembinaan dan pengembangan compulsory education (wajib belajar), yaitu untuk pembayaran SPP siswa, sebesar 31.6% dari total anggaran. Sebagaimana diketahui bahwa siswa SD dan SMP di Jepang tidak membayar uang SPP, dan hanya membayar biaya non SPP, seperti pembelian buku penunjang (buku wajib gratis), biaya ekskul, tour sekolah, dll.
Pengeluaran terbesar kedua adalah untuk manajemen pendidikan tinggi yang beralih status dari universitas negeri menjadi “koujinka” (Corporation Law), semacam BHMN di Indonesia. Dana untuk kegiatan ini sebesar 22.9% dari total anggaran. Perubahan status universitas di Jepang adalah sebagai langkah privatisasi instansi negara yang sudah dimulai sejak masa PM Koizumi. Tak heran jika beberapa universitas menempuh penghematan dalam penggunaan fasilitas kampus, seperti yang saya alami di kampus, jatah kertas printer dan fotocopy berkurang. Tetapi SPP mahasiswa tidak naik, bahkan di Tokyo University malah terjadi penurunan SPP.
Anggaran terbesar ketiga adalah untuk pengembangan sains dan teknologi (16%). Di SMP dan SMA Jepang, 2 tahun yang lalu telah diperkenalkan program Super Science, berupa peningkatan value materi sains, dan penambahan perlengkapan eksperimen di sekolah. Sebagian besar dana disalurkan untuk penelitian sains di universitas. Perolehan nobel 3 professor Jepang di bidang Fisika (seorang warganegara AS kelahiran Jepang) dan dan seorang di bidang Kimia (warganegara AS kelahiran Jepang) tahun ini semestinya semakin memacu pemerintah untuk mengucurkan dana di bidang ini.
Anggaran selanjutnya adalah untuk membantu sekolah/universitas swasta, sebesar 8.6% dari total anggaran. Dari dana ini, sponsor terbesar diberikan kepada universitas swasta. Sekolah-sekolah swasta di Jepang mendapat bantuan dana dari MEXT dan juga pemerintah daerah setempat, tergantung kepada tingkat keperluan.
Anggaran terbesar selanjutnya adalah untuk life long learning education, olahraga, termasuk di dalamnya anggaran untuk mahasiswa asing. Tahun ini beasiswa yang dikeluarkan oleh MEXT untuk mahasiswa asing sebesar 175,000 yen per kepala, yang ada rencana akan diturunkan menjadi 160,000 yen per Oktober tahun ini.
Anggaran lainnya adalah untuk kebijakan energi berupa penggunaan peralatan listrik yang diperlukan saat musim panas (AC) atau heater (saat musim panas), penggunaan listrik dan air. Dana untuk keperluan ini sebesar 4.2% total anggara, lalu 2.3% anggaran dipakai untuk pemberian beasiswa kepada anak-anak Jepang, 2% untuk pemeliharaan fasilitas sekolah negeri, 1.9% untuk kegiatan budaya, 1% untuk grant pemeliharaan fasilitas universitas negeri, dan 0.8% untuk pemesanan dan pembelian buku pelajaran.
c)      Personalia Pendidikan
Personalia pendidikan adalah semua orang yang terlibat dalam tugas-tugas pendidikan, yaitu para guru/dosen sebagai pemegang peranan utama, manajer/administrator, para supervisor, dan para pegawai. Para personalia pendidikan perlu dibina agar bekerja sama secara lebih baik dengan masyarakat.


d)      Kurikulum Dan Metode Pengajaran
Pendidikan Jepang sama rata di mana pun di Jepang. Pada dasarnya tidak ada UN karena memang semua sekolah sudah didasari oleh fondasi kurikulum yang dijaga sangat ketat oleh Kementerian Pendidikan Sains dan Teknologi Jepang (MEXT).
Pedoman Kurikulum Pendidikan  (PKP) yang disebut gakushuu shido youryou sudah ada dan semua sekolah harus mengacu kepada hal tersebut yang sudah ditentukan MEXT atau Monbusho.
PKP tersebut  wajib diikuti oleh semua sekolah, baik SD, SMP, SMA, dan sekolah Kejuruan di Jepang, yang memuat isi pendidikan dan detil pengajaran setiap mata pelajaran. Dapat dikatakan seperti manual book, dan yang dulu dipakai adalah kurikulum tahun 2002. Mulai tahun 2011 diganti dengan kurikulum yang baru.
Mengapa diganti? karena kurikulum 2002 yang diberi nama yutori kyouiku, pendidikan yang sangat memberikan kelegaan sehingga mutu pendidikan murid-murid jadi menurun. Satu contoh konkret adalah menurunnya kualitas pendidikan matematika pelajar Jepang yang dulunya sering juara pertama matematika dunia, kini peringkat menurun drastis.
Pelajaran bahasa Inggris semakin ditekankan agar pelajar Jepang dapat lebih siap bergaul dengan kalangan internasional. Kebijaksanaan PM Jepang Shinzo Abe ingin sebanyak mungkin pelajar Jepang pergi belajar atau internship ke luar negeri sehingga wawasan anak muda Jepang jadi luas nantinya, wawasan internasional.
Kyoukasho atau buku pelajaran Jepang dibagikan gratis oleh pemerintah Jepang dengan berbagai perbaikan. Kalau dulu sejarah hitam Jepang dengan penjajahannya berusaha tidak dimunculkan, kini sejarah Jepang sudah berisi apa adanya, menuliskan sesuai sejarah di masa lalu.
Pendidikan di Jepang sampai dengan SMP Umumnya mendapat subsidi uang dari pemerintah sehingga pelajar dapat belajar gratis. Uang untuk anak kita bukan untuk orangtuanya. Tetapi ditransfer uang ke rekening orangtuanya, buat uang sekolah, beli makanan, transportasi sekolah dan sebagainya keperluan si anak.
Ada pula sekolah yang sampai dengan SMA memberikan subsidi kepada muridnya. Tetapi yang SMA itu tampaknya untuk warga negara Jepang. Hal subsidi ini khususnya yang SMA masih lebih kepada kebijaksanaan sekolah masing-masing. Tetapi sampai dengan SMP semua warga negara yang ada di Jepang, miskin, asal visa sah dan lapor pajak dengan benar di Jepang, anaknya sampai dengan SMP akan mendapat subsidi.
Ujian masuk sekolah di Jepang memang sangat sulit. Kalau lulus, umumnya lulus semua, kalau tidak lulus (ryunen) biasanya ada pendidikan tambahan bagi pelajar tersebut. Pada dasarnya sekolah mau meluluskan semua murid sampai dengan SMA asal si anak benar-benar belajar dengan baik sesuai petunjuk sekolah dan pendidikan yang diberikan gurunya. Jadi lulus dapat dikatakan dengan mudah. Bahkan sampai dengan S3 (tingkat Doktor) pun dapat lulus dengan mudah asal wajar-wajar saja. Namun masuk sekolah, apalagi masuk S1, S2 dan S3 sangat sulit sekali di Jepang.
Sehingga ada kegiatan Juken atau semacam bimbel (bimbingan belajar) di Jepang agar si murid bisa masuk sekolah yang diinginkan dengan baik. Orangtua murid seringkali berjuang habis-habisan untuk memasukkan anaknya ke sebuah sekolah (favorit) karena tahu masa depan akan baik. Misalnya masuk ke Universitas Tokyo (seperti Universitas Indonesia), maka masa depan si anak biasanya baik. Ini salah satu sekolah impian di Jepang.
Tapi SMA adalah tanggung jawab masing-masing sehingga di sinilah mulai persaingan dengan kegiatan JUKEN ang harafiahnya mengikuti ujian masuk, tetapi secara umum merujuk pada kegiatan belajar untuk mempersiapkan ujian masuk. Dan biasanya murid akan mengikuti pelajaran tambahan di bimbingan belajar, bimbel (Aku ingat topik ini yang membawaku ke blog Bang Hery Azwan tahun 2008 lalu).
Ada pula sistem undian atau Chuusen. Murid tertentu bisa ikut ujian dan lulus lebih awal kalau beruntung terpilih dalam undian. Logika penulis, mestinya chuusen tersebut dilakukan setelah ujian. Kalau ada yang tidak lulus, masih dimungkinkan ikut undian sehingga bisa ikut lulus, bisa masuk sekolah tersebut. Tapi di Jepang justru terbalik. Yang tidak mendapat undian, yang gagal, tentu tidak bisa ikut ujian dan tak bisa masuk sekolah yang diinginkan tersebut. Jadi di Jepang masuk sekolah bukan soal uang. Kalau benar sudah lulus ujian masuk sekolah, sudah diterima, barulah bicara uang masuk sekolah. Lain kalau di Amerika Serikat, yang penting ada uang, berapa bisa bayar, walau mahal, pasti bisa masuk sekolah.
Ulangan atau test kecil selalu dilakukan di Jepang untuk tetap memacu kualitas dan kuantitas belajar sang murid agar kualitas terjaga baik.
Inilah pendidikan Jepang yang benar-benar menekankan sumber daya manusia, menekankan pendidikan bagi manusia, terutama sampai dengan SMP semua orang tak peduli warga Negara diwajibkan sekolah dan uang dari pihak pemerintah bagi yang miskin. Sangat adil sangat membantu sekali semua yang berdomisili apalagi warga Negara Jepang sendiri sehingga tingkat pendidikan di Jepang 90% tinggi dan tidak berbeda jauh. Akibatnya, komunikasi antar manusia di Jepang berjalan dengan baik karena memiliki tingkat atau level pendidikan yang tidak berbeda jauh.
e)      Penilaian
Tahun ajaran baru di sekolah-sekolah Jepang dimulai pada bulan April dan diakhiri pada bulan Maret tahun depannya. Sistem ini berlaku sama dari mulai TK hingga Perguruan Tinggi. Berbeda dengan Indonesia yang mengenal sistem dua semester, sekolah-sekolah di Jepang masih menggunakan sistem CAWU atau three terms, yaitu CAWU I dari April - Juli, CAWU II September- Desember, dan CAWU III dari bulan Januari hingga Maret. Liburan terpanjang ada pada bulan Agustus-September, yaitu selama 40 hari (liburan musim panas).
Sejak bulan September 1992 Jepang menerapkan sistem 5 hari sekolah (Senin-Jumat), yang awalnya hanya diterapkan sekali sebulan, yaitu pada pekan pertama saja. Kemudian sejak April 1995, diterapkan dua kali sebulan, yaitu pada pekan ke-2 dan pekan terakhir. Dengan sistem ini hari efektif sekolah selama setahun sebanyak 220 hari. Angka ini tergolong tinggi dibandingkan dengan negara anggota OECD lainnya.
Sistem akselerasi atau kelas percepatan untuk anak pandai juga tidak ada di Jepang, tetapi pada tahun 1990, MEXT pernah mengeluarkan kebijakan untuk mengijinkan anak di bawah 18 tahun melanjutkan ke Perguruan Tinggi. Kesempatan ini terutama diberikan kepada anak jenius di bidang matematika dan sains. Namun kebijakan ini kelihatannya tidak berlanjut, karena asas homogenitas kelihatannya masih tetap kuat dipertahankan oleh para pendidik.
Pendidikan dasar (shougakkou) tidak mengenal ujian kenaikan kelas, tetapi siswa yang telah menyelesaikan proses belajar di kelas satu secara otomatis akan naik ke kelas dua, demikian seterusnya. Ujian akhir pun tidak ada, karena SD dan SMP masih termasuk kelompok compulsoy education atau pendidikan dasar, sehingga siswa yang telah menyelesaikan studinya di tingkat SD dapat langsung mendaftar ke SMP.
Penilaian proses belajar dilakukan dengan ulangan harian yang bertujuan untuk mengecek daya tangkap siswa. Penilaian ulangan tidak menggunakan angka melainkan dengan huruf : A, B, C, kecuali untuk matematika. Tes IQ dilakukan pada siswa kelas 4 hingga kelas 6 untuk melihat kemampuan dasar siswa. Data ini tidak dipergunakan untuk mengelompokkan siswa berdasarkan hasil test IQ-nya, tetapi untuk memberikan perhatian lebih kepada siswa dengan kemampuan di atas normal atau di bawah normal. Siswa-siswa di Jepang tidak dikelompokkan berdasarkan kepandaian, tetapi semua anak dianggap “bisa” mengikuti pelajaran, sehingga kelas berisi siswa dengan beragam kemampuan akademik.
Di tingkat SMP dan SMA ada dua kali ulangan yaitu mid test dan final test, tetapi tidak bersifat wajib ataupun nasional. Di beberapa prefecture (daerah) yang melaksanakan ujian, final test dilaksanakan serentak selama tiga hari, dengan materi ujian yang dibuat oleh sekolah berdasarkan standar dari Educational Board di setiap prefektur. Penilaian kelulusan siswa SMP dan SMA tidak berdasarkan hasil final test, tapi akumulasi dari nilai test sehari-hari, ekstra kurikuler, mid test dan final test. Dengan sistem seperti ini, tentu saja hampir 100% siswa naik kelas atau dapat lulus.
Selanjutnya siswa lulusan SMP dapat memilih SMA yang diminatinya dengan mengikuti ujian masuk SMA yang bersifat standar, artinya soal ujian dibuat oleh Educational Board di setiap prefektur. Di Aichi prefecture, SMA-SMA dikelompokkan dengan pengelompokan A, B. Pengelompokan tersebut dibuat dalam proses memilih SMA. Setiap siswa dapat memilih satu sekolah di kelompok A dan satu sekolah di kelompok B. Jika siswa lulus dalam kelompok A, maka secara otomatis dia gugur dari kelompok B. Dalam memilih SMA, siswa berkonsultasi dengan guru, orang tua atau disediakan lembaga khusus di Educational Board yang bertugas melayani konsultasi dalam memilih sekolah. Ujian masuk pun hampir serentak di seluruh Jepang dengan bidang studi yang sama yaitu, Bahasa Jepang, English, Math, Social Studies, dan Science. Di level ini siswa dapat memilih sekolah di distrik lain.

D.    Isu-Isu Pendidikan Negara Jepang
Terdapat beberapa masalah dan tantangan dalam pendidikan di Jepang, satu diantaranya adalah populai sekolah yang terus meningkat jumlahnya terutama diperkotaan ditambah pula dengan gelombang anak muda yang cenderung berpindah ke kota. Ini berarti bahwa jumlah sekolah diperkotaan meningkat, terutama sekolah-sekolah menengah tingkat atas harus ditambah, sementara sekolah-sekolah di luar kota kehilangan populsinya. Peningkatan populsi sekolah, ditambah lagi dengan peningkatan teknologi di daerah-daerah perluasan industri nsional, yang cenderung semakin canggih, menyebabkan makin perlunya meningkatkan populasi perguruan tinggi. Deskan ini didukung dengan kekayaan masyarakat dan antusiasme orang-orang pendidikan. Pada tahun 1980-an, rasio populasi pendidikan tinggi adalah sekitar 39%, dan diantisipasi akan terus meningkat di tahun-tahun mendatang. Hal ini sangat didorong oleh kebutuhan pasar kerja atas tenaga yang berkualifikasi lebih tinggi sebagai dampak kemajuan teknologi.
Kemajuan iptek serta pergeseran distribusi tenaga di sector pasar kerja selanjutnya menuntut pendidikan tinggi mengubah tekanan atau prioritas program-program studi yang ada, dan juga harus dihayati pula di tingkat pendidikan dasar dan menengah. Bukannya pengajaran yang didasarkan pada ilmu pengetahuan (knowledge-based instruction) yang diutamakan, tetapi tekanan harus pada kreativitas dan pengembangan karakter setiap anak. Muncul di kalangan masyarakat Jepang keyakinan bahwa sistem pendidikan saat ini mengandung dua kelemahan yang sangat berbahaya.
Masyarakat mempersepsikan kaum muda Jepang sebagai kekurangan dalam ilmu dan keterampilan, dan lebih berbahaya lagi, tidak punya sikap yang baik dan tepat terhadap hidup dan kehidupan. Berbagai indicator menunjukkan bahwa tidak kelihatan usaha, baik dari keluarga maupun sekolah yang secara sungguh-sungguh memberikan perhatian terhadap anak-anak tentang bagaimana sikap hidup yang cocok dan benar. Indicator-indikator itu antara lain: kurangnya respek mereka terhadap orang tua; meningkatnya individualisme dan tingkah laku yang memperlihatkan sifat keras kepala; sikap kurang ajar, tak bisa ditebak; menurutnya kekuatan fisik dan kebugaran; sikap kurang partisipatif terhadap masalah-masalah masyarakat; dan meningkatnya kenakalan remaja.
Maka jelaslah bahwa memperbaiki mutu atau kualitas sistem pendidikan sekolah, memperbanyak dan meningkatkan mutu pendidikan tinggi, serta mendiversifikasi kesempatan pendidikan didalam atau diluar sistem sekolah formal merupakan tugas pokok yang harus diselesaikan oleh masyarakat Jepang.

E.     Analisa Terhadap Sistem Pendidikan Jepang
Jepang mempunyai penduduk yang homogen, yaitu terdiri dari 99.4 % orang jepang. Bahasa jepang dipakai sebagai bahasa resmi dan dipakai mulai dari persekolahan samapai perguruan tinggi. Sebagian besar anak-anak dijepang memasuki taman kanak-kanak. Kemudian pada usia enam tahun mereka mulai masuk sekolah dasar yang wajib bagi semua orang, berlangsung selama enam tahun. Sekolah pertama adalah termasuk pendidikan wajib.
System pendidikan di jepang memiliki kemiripan pada system di Indonesia, dimana jenjang pendidikannya melalui 4 tahap secara umumnya yaitu, 6-3-3-4 artinya siswa harus melewati 6 tahun untuk tahap pendidikan dasar, 3 tahun sekolah mengengah pertama, 3 tahun sekolah menengah atas, dan 4 tahun Perguruan Tinggi. Hal tersebut dikarenakan Negara Indonesia merupakan bekas Negara jajahan jepang sehingga sebagian sistem pendidikan Negara jepang masih diterapkan dinegara Indonesia dengan sedikit perubahan dimana Negara kita lebih memfokuskan pada pelajaran logika dan penilaian hasil akhir semester sebagai penentu kelulusan siswa, sedangkan di Negara jepang lebih memfokuskan pada pengembangan watak kepribadian dalam kaitannya terhadap kehidupan sehari-hari dan penilaian ditentukan oleh guru/ dosen kelas dengan melihat kinerja belajar siswa sehari-hari sebagai penentu kelulusan.
Negara jepang merupakan Negara yang sukses dalam memajukan pendidikanya terlihat pada pengaturan system pendidikannya yang tertata dengan baik dimana seluruh lembaganya bekerjasama dan melaksanakan perananya masing-masing secara optimal mulai dari lembaga administrasti, lembaga pendidikan, lembaga pengawas kurikulum, dll. Serta adanya dukungan yang baik antara pemerintah, kepala sekolah, guru, murid dan orang tua yang turut berperan terhadap majunya pendidikan dinegara tersebut. Kerjasama yang baik antara seluruh komponen Negara inilah yang mampu membawa kesuksesan Negara jepang hingga mampu mencapai seluruh tujuan-tujuan pendidikan yang dicanangkan kurang dari 25 tahun dan tercatat sebagai Negara dengan kualitas dan sistempendidikan terbaik se-Asia, sungguh prestasi yang mengagumkan.
Pendidikan wajib yang diberikan secara gratis dinegara tersebut menandakan bahwa pemerintahan disana memang amat memperdulikan Sumber Daya Manusia di negaranya dan menjadi bukti bahwa system administrasi Negara jepang memang berjalan dengan baik dan bertanggung jawab terhadap pemenuhan kebutuhan negaranya termasuk memfasilitasi sarana dan prasarana yang bermutu dalam proses belajar mengajar.
Budaya disiplin waktu dan kerja keras Negara jepang yang sejak dahulu diajarkan dari leluhur-leluhur mereka selalu mereka tanamkan di dalam kehidupan sehari-hari turut berpengaruh pada kemajuan Negara ini. 
















BAB III
PENUTUP

A.     Kesimpulan
Beberapa persamaan dan perbedaan sistem pendidikan yang diterapkan pada dua negara tersebut. Adapun persamaannya:
·        Sistem penjenjangan persekolahan pendidikan di kedua negara tersebut sama-sama menggunakan pola 6-3-3-4, yaitu 6 tahun bagi SD, 3 tahun bagi SMP, 3 tahun bagi SMA, dan 4 tahun di perguruan tinggi.
·        Usia siswa yang belajar pada setiap jenjangnya ada yang sama, yaitu pendidikan dasar 9 tahun antara usia 6-15 tahun, sekolah menengah atas usia 16-18 tahun, dan pendidikan tinggi antara 19-25 tahun.
·        Kedua negara tersebut mewajibkan belajar bahasa Inggris sejak tahun pertama di SMP, dengan demikian siswa diharapkan mempunyai kemampuan yang berwawasan internasional.
Sedangkan perbedaan yang menyolok pada sistem pendidikan di kedua negara ini sebagai berikut:
·        Dalam tujuan umum pendidikan Jepang mengutamakan perkembangan kepribadian secara utuh, menghargai nilai-nilai individual, dan menanamkan jiwa yang bebas. Sedangkan di Indonesia pendidikan bertujuan agar peserta didik menjadi manusia yang beriman dan bertakwa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab.
·        Jepang tidak memasukkan mata pelajaran pendidikan agama di semua jenjang persekolahan (memisahkan pendidikan agama dengan persekolahan), sedangkan di Indonesia pendidikan agama adalah mata pelajaran yang wajib untuk setiap jenjang persekolahan.
·        Kurikulum.



B.     Saran-saran
·      Jika isi didalam makalah ini terdapat kekurangan kami mengharapkan kritik serta saran yang berdampak positif dalam perbaikan.
·      Makalah ini kami harapkan dapat berguna bagi para pembaca sebagai bahan bacaan guna mendalami Mata Kuliah Perbandingan Pendidikan tentang Sistem Pengajaran Di Negara Jepang.
·      Makalah diharapkan menjadi tambahan ilmu terlebih khusus untuk orang-orang yang ingin  mempelajari Mata Kuliah Perbandingan Pendidikan.



DAFTAR PUSTAKA









Assegaf, Abd. Rachman. 2003. Internasionalisasi Pendidikan: Sketsa Perbandingan Pendidikan di Negara-Negara Islam dan Barat, Yogyakarta: Gama Media.

Tujuh adalah Amerika Serikat, Kanada, Jepang, Inggris, Perancis, Jerman, dan Italia (ditambah Uni Eropa).