BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
a)
Sejarah
Negara Jepang
Negara Jepang adalah negara yang tidak begitu luas
dibandingkan dengan Indonesia. Namun Jepang sudah mampu mengalahkan
negara-negara Asia lainnya. Luas negara Jepang sendiri adalah + 378.000km2 (ada
pula yang menyebutkan hanya 370.000 km2). Itu berarti hanya 1/25 (seper dua
puluh lima) dari negara Amerika.
Sejarah Negara Jepang, Jepang dimulai pada tahun
1603. Pada saat itu, Ieyasu yang telah berhasil menyatukan seluruh Jepang,
membangun kekaisarannya di Edo, sekarang dikenal dengan Tokyo. Ieyasu mencoba
membangun setiap aspek di negara ini sehingga negara ini mampu berdiri sendiri
tanpa bantuan dari negara lain. Hasil dari politik yang dilakukan Ieyasu ini
kemudian dimanfaatkan oleh Kekaisaran Tokugawa pada tahun 1639 dengan lahirnya
Politik Isolasi. Latar belakang dari lahirnya Politik Isolasi ini banyaknya
misionaris Kristen yang datang menyebarkan Agama Kristen. Berkembangnya Agama
Kristen akan menjadi mimpi buruk bagi kekaisaran, oleh sebab itu Kaisar
mengambil langkah untuk tidak berhubungan dengan negara asing, kecuali dengan
Pedagang-Pedagang Belanda yang dinilai menguntungkan. Itu pun hanya dilakukan
di satu tempat, yaitu di Pulau Dejima, Nagasaki. Sejarah Awal Berdiri Negara
Jepang Politik Isolasi ini bertahan lebih dari 200 tahun sampai pada tahun
1853, Komodor Perry dari angkatan laut Amerika Serikat dengan 4 buah kapalnya
memaksa Jepang untuk membuka diri kembali terhadap dunia luar.
Kekaisaran Tokugawa berakhir pada tahun 1867, dan
digantikan dengan Kekaisaran Meiji. Pada zaman ini Jepang banyak mengalami
kemajuan. Dan hanya dalam beberapa decade mampu menyejajarkan diri dengan
negara-negara barat. Pada zaman ini pula Edo berganti nama dengan Tokyo, dan
kasta-kasta yang ada pada zaman feudal dihapuskan. Restorasi Meiji benar-benar
mampu menggerakkan seluruh aset negara yang ada, sehingga pada beberapa
peperangan, Jepang dapat menang. Hasil dari kemenangan itu antara lain adalah
dengan direbutnya Taiwan dari Cina pada tahun 1895 dan Sakhalin selatan pada
tahun 1905 dari Rusia. Setelah itu Jepang pun mulai membesarkan daerah
jajahannya dengan merebut korea pada tahun 1910. Kaisar Meiji meninggal pada
tahun 1912 dan mewariskan tahta pada Kaisar Taisho, dan dimulailah Kekaisaran
Showa.
Kekaisaran Showa ini dimulai dengan kondisi yang
menjanjikan. Industri yang terus berkembang, dan kehidupan politik yang telah
mengakar di parlemen-parlemen pemerintahan. Namun masalah-masalah baru terus
bermunculan. Krisis ekonomi dunia menekan kehidupan rakyat. Rakyat mulai tidak
percaya terhadap pemerintah karena banyaknya skandal. Hal ini dimanfaatkan oleh
para ekstrimis dan berhasil menomor satukan militer di negara ini. Jepang pun
mulai terlibat pada banyak peperangan. Fungsi dari Parlemen pun semakin
berkurang. Semuanya ditangani militer. Hingga pada akhirnya pecahnya Perang
Pasifik pada tahun 1941.
Pada tahun 1945, Jepang menyerah pada sekutu akibat
semakin melemahnya kekuatannya setelah Hiroshima dan Nagasaki dilumpuhkan.
Dalam masa pendudukan sekutu ini banyak hal yang diubah. diantaranya adalah
diberikannya hak kepada wanita untuk memberikan suara pada pemilu, dan juga
kebebasan untuk mengelurkan pendapat, memeluk agama, dan lain-lain.
Pada tahun 1951, setelah ditanda tanganinya
Perjanjian Perdamaian San Fransisko, Jepang mendapatkan haknya kembali untuk
menjalankan politiknya kembali.
Satu tugas besar menunggu, yaitu mengangkat kembali
negara ini dari keterpurukannya akibat perang. Dalam masa tidak lebih dari 10
tahun, dibantu dengan negara-negara luar, Jepang mampu tegak kembali dan
bersaing di pasar internasional. Satu bukti dari kebangkitannya itu adalah
dengan menjadi tuan rumah Olimpiade Tokyo 1964, yang juga menjadi symbol atas
kebangkitan Jepang. Tidak hanya itu, pada tahun 1975 Jepang sudah diakui menjadi
negara maju dan masuk dalam kelompok negara G-7.
b)
Geografi
Negara Jepang
Jepang
adalah negara kepulauan
di Asia
Timur. Kepulauan Jepang terdiri dari pulau-pulau stratovolcano,
empat pulau utama dari utara ke selatan adalah Hokkaido,
Honshu,
Shikoku,
dan Kyushu.
Jepang berada 36°sebelah utara khatulistiwa
dan 138°sebelah timur meridian
utama. Jepang berada di utara timur laut Cina
dan Taiwan
(dipisahkan oleh Laut Cina Timur),
sebelah timur Korea
(dipisahkan oleh Laut Jepang), dan sebelah selatan Rusia
Timur Jauh.
Selain 4 pulau utama, terdapat 3.000 pulau-pulau
berukuran lebih kecil, termasuk Okinawa
serta pulau-pulau kecil yang berpenghuni atau tidak berpenghuni. Pada tahun
2006, total luas wilayah Jepang adalah 377.923,1 km², di antaranya
374.834 km² adalah daratan dan 3.091 km² perairan. Sekitar 73%
wilayah Jepang adalah daerah pegunungan. Total luas wilayah Jepang kira-kira
85% luas Pulau Sumatra,
namun lebih besar dari luas wilayah Jerman,
Malaysia,
Selandia Baru,
dan Britania Raya.
c)
Kegiatan
Ekonomi Negara Jepang
Sektor-sektor yang mendukung perekonomian negara Jepang
antara lain sebagai berikut:
1) Pertanian
Luas
tanah di Jepang terbatas sehingga kegiatan pertaniannya dilakukan secara
intensif dan mekanis. Hasil pertaniannya antara lain padi, gandum, teh, sutra,
buah-buahan, sayuran, dan tembakau. Dengan kemajuan teknologi yang ada dan
keterbatasan lahan dikembangkanlah teknik bercocok tanam dengan media hidup
tanpa menggunakan tanah yang disebut hidroponik. Media hidupnya seperti busa,
arang, atau serabut kelapa.
2) Perikanan
Penduduk
Jepang termasuk yang paling gemar mengkonsumsi ikan. Industri perikanannya
sangat maju karena didukung oleh kondisi alam yang ada.
Faktor-faktor
pendukungnya antara lain mempunyai perairan laut yang kaya ikan, merupakan
tempat bertemunya arus panas kurosyiwo dan arus dingin oyasyiwo, menggunakan
teknologi modern untuk penangkapan ikan, serta memiliki banyak pelabuhan alam
untuk dermaga perikanan (teluk). Hasil ikannya sarden, salmon, tuna, paus,
haring.
3) Perindustrian
Mata
pencaharian penduduk Jepang sebelum masuk era industrialisasi adalah petani dan
nelayan. Sejarah industrialisasi Jepang dimulai sejak tahun 1880-an dengan
didirikannya pabrik tekstil dan benang. Namun perkembangan industri sangat
pesat terjadi sejak tahun 1920, dengan makin berkembangnya perusahaan raksasa
seperti Mitsubishi, Mitsui, dan Sumitomo. Jepang memiliki kota-kota penting
pusat perekonomian dan pemerintahan yaitu Tokyo, Ginza, Osaka, Kyoto, Nagoya,
dan Yatawa. Hingga saat ini, perekonomian Jepang bertumpu pada perdagangan dan
industri yang menghasilkan motor, mobil, kapal laut, alat-alat elektronika, dan
kereta api tercepat di dunia.
B.
Rumusan
Masalah
1. Mengetahui
Politik dan Tujuan Pendidikan di Negara Jepang
2. Mengetahui
Bagaimana Struktur dan Jenis Pendidikan di Negara Jepang
3. Mengetahui
Bagimana Manajemen Pendidikan di Negara Jepang
4. Mengetahui
Isu-Isu Pendidikan di Negara Jepang
5. Mengetahui
Analisa Terhadap Sistem Pendidikan Negara Jepang
C.
Tujuan
Penulisan
Adapun tujuan
dari penulisan Makalah yang sederhana ini tidak lain dan tidak bukan hanya lah
untuk memenuhi tugas yang diberikan oleh Dosen Pembimbing Mata Kuliah PERBABDINGAN
PENDIDIKAN . Selain itu juga kami mengharapkan agar Makalah sederhana
kami ini dapat bermanfaat bagi semua pihak dan dapat dijadikan bahan Referensi
untuk pengkajian tentang Perbandingan
Pendidikan di Negara Jepang yang lebih mendalam.
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Politik
Dan Tujuan Pendidikan Negara Jepang
Sistem politik Jepang adalah menganut negara monarki
konstitusional yang sangat membatasi kekuasaan Kaisar Jepang. Sebagai kepala
negara seremonial, kedudukan Kaisar Jepang diatur dalam konstitusi sebagai
"simbol negara dan pemersatu rakyat". Kekuasaan pemerintah berada di
tangan Perdana Menteri Jepang dan anggota terpilih Parlemen Jepang, sementara
kedaulatan sepenuhnya berada di tangan rakyat Jepang. Kaisar Jepang bertindak
sebagai kepala negara dalam urusan diplomatik.
Parlemen Jepang adalah parlemen dua kamar yang
dibentuk mengikuti sistem Inggris. Parlemen Jepang terdiri dari Majelis Rendah
dan Majelis Tinggi. Majelis Rendah Jepang terdiri dari 480 anggota dewan.
Anggota majelis rendah dipilih secara langsung oleh rakyat setiap 4 tahun
sekali atau setelah majelis rendah dibubarkan.
Tujuan-tujuan yang menjadi target yang ingin dicapai
pendidikan Jepang yaitu :
1. Mengembangkan
kepribadian setiap individu secara utuh.
2. Berusaha
keras mengembangkan Sumber Daya Manusia yang berkualitas baik pikiran maupun
jasmani.
3. Mengajarkan
kepada setiap siswa agar senantiasa memelihara keadilan dan kebenaran.
4. Setiap
siswa dididik untuk selalu menjaga keharmonisan dan menghargai terhadap
lingkungan sosialnya.
5. Setiap
siswa dituntut untuk disiplin, menghargai waktu, dan memiliki etos kerja.
6. Pengembangan
sikap bertanggungjawab terhadap setiap pembebanan pelajaran dan tugas yang
diberikan kepada siswa sesuai dnegan tingkat pendidikannya masing-masing.
7. Meningkatkan
semangat independen setiap siswa untuk membangun negara dan menjaga perdamaian
dunia.
B.
Struktur
Dan Jenis Pendidikan Negara Jepang
Secara umum tidak ada perbedaan antara struktur
pendidikan di Jepang dengan di Indonesia yang terdiri atas Taman kanak-kanak,
Pendidikan dasar, pendidikan menengah, pendidikan tinggi dan pendidikan non
formal.
a.
Taman
Kanak-Kanak
Sekitar
63% anak-anak dijepang memulai pendidikan dengan Taman Kanak-kanak. Usia masuk
taman kanak-kanan adalah 3-5 tahun. Pendidikan Taman kanak-kanak berada di
bawah naungan kementrian pendidikan Jepang (MEXT). Kurikulum TK ditetapkan oleh
masing-masing sekolah dengan cara musyawarah antar sekolah dan mempertimbangkan
petunjuk pemerintah. Setiap taman kanak-kanak harus mengembangkan kurikulum
yang cocok untuk tahap perkembangan anak-anak dan masyarakat setempat. Setiap
kurikulum yang disusun harus mengikuti persyaratan hukum yang berlaku.
b.
Pendidikan
Dasar
Jepang
menerapkan wajib belajar sembilan tahun. Rentang usia pendidikan dasar 6 sampai
15 tahun. Seperti halnya di Indonesia wajib belajar di Jepang terdiri dari SD
dan SMP. Lain dengan Indoneia wajib belajar sembilan tahun benar-benar
ditekankan oleh pemerintah kepada semua penduduk yang tinggal di Jepang baik
warga negara Jepang maupun warga negara asing. Setiap orang tua yang mempunyai
anak berusia 6-15 tahun harus menyekolahkan anaknya. Apabila terdapat orang tua
yang tidak menyekolahkan anaknya maka sanksi hukum dapat dikenakan kepada orang
tua tersebut. Sekolah Dasar di Jepang 97% adalah sekolah negeri. Biaya
pendidikan sebagian besar ditanggung pemerintah seperti biaya masuk, biaya
pengajaran dan buku sekolah dengan fasilitas sekolah yang lengkap. Orang tua
hanya menyediakan fasilitas lainnya seperti perlengkapan sekolah, makan siang
dan biaya piknik. Usia awal masuk sekolah dasar adalah 6 tahun, dengan lama
pendidikan di sekolah dasar 6 tahun. Kelas di Jepang akan ditentukan
berdasarkan usia anak per bulan April. Kegiatan belajar mengajar dimulai pukul
07.15 sampai dengan 15.00 dan tidak boleh diantar maupun dijemput oleh orang
tua. Tidak seperti di Indonesia, anak-anak tidak memakai seragam ke sekolah.
Pakaian anak-anak Jepang ke Sekolah Dasar adalah bebas.
c.
Pendidikan
Menengah Pertama
Pendidikan
menengah di Jepang terdiri dari dua level yaitu SMP dan SMA. SMP merupakan
wajib belajar. Seperti halnya di SD, SMP-SMP jepang 97% merupakan sekolah
negeri dan hanya 3% saja yang dikelola oleh swasta. Sekolah-sekolah yang
dikelola oleh swasta biasanya memiliki ciri khas seperti keagamaan. Guru di
sekolah Menengah Pertama mempunyai pendidikan sarjana dengan sertifikat kelas
dua. Seperti halnya di sekolah dasar sertifikat hanya berlaku selama satu tahun
selebihnya harus mengikuti ujian kembali.
d.
Pendidikan
Menengah Atas
Tamatan SMP dapat melanjutkan ke
SMA dengan mengikuti seleksi yang diadakan oleh masing-masing sekolah. Hampir
90% tamatan Sekolah Menengah Pertama di Jepang melanjutkan ke SMA. Ada tiga
jenis SMA di Jepang yaitu sekolah negeri yang diatur oleh pemerintah pusat,
sekolah negeri yang diatur pemerintah propinsi dan sekolah swasta yang diatur
oleh lembaga hukum swasta. Biaya pendidikan untuk tingkat SMA ditanggung oleh
masing-masing individu karena pendidikan di SMA tidak termasuk pendidikan
dasar. Kualifilasi guru SMA dijepang adalah berpendidikan Magister dengan
sertifikat mengajar kelas satu, sedangkan guru yang berpendidikan Doktor
mempunyai sertifikat kelas dua.
Kurikulum di SMA diatur oleh
masing-masing sekolah dengan mengikuti aturan pemerintah. Kebebasan untuk
meramu kurikulum di masing-masing sekolah sangat terbatas namun memungkinkan
tiap daerah dan sekolah mempunyai ciri khas tersendiri. Beberapa hal yang harus
diperhatikan pada saat membuat kurikulum untuk SMA adalah menetapkan tujuan
sekolah, mempelajari standar kurikulum dan korelasinya dengan tujuan sekolah,
menyusun mata pelajaran wajib dan pilihan serta mengalokasikan hari efektif
sekolah dan jam belajar. Mata pelajaran yang diajarkan meliputi bahasa Jepang,
bahasa Inggris, Matematika, Sejarah, Olahraga, Keterampilan dan Kesenian, IPA,
Mata pelajaran terpadu serta Home room. Tiap sekolah memiliki kebebasan meramu
pelajaran pilihan khususnya untuk kelas 2 dan 3 dengan jumlah kredit rata-rata
adalah 30 untuk setiap jenjang.
Berikut ini adalah contoh kurikulum
yang diterapkan di SMA Nakamura sebuah SMA Negeri dan favorit di Jepang. SMA
Nakamura adalah SMA yang menganut sistem mata pelajaran waktu penuh dengan hari
belajar dari Senin sampai Jumat. Tujuan sekolah adalah untuk mengarahkan
lulusannya melanjutkan ke Perguruan Tinggi. Seperti halnya SMA lainnya di
Jepang, jam pelajaran pertama dimulai pada pukul 8:45 dan berakhir pada pkl
15.15. Terdapat 31 jam pelajaran selama 5 hari belajar yaitu 6 jam setiap
harinya kecuali hari Rabu. Waktu belajar mengajar setiap jam belajarnya adalah
50 menit. Mata pelajaran yang diajarkan meliputi: Bahasa Jepang, Geografi/
Sejarah, Pendidikan Kewarganegaraan, matematika, Pendidikan Jasmani dan OR,
Pendidikan Seni, Bahasa Asing (Bahasa Inggris), Pendidkan Kesejahteraan
Keluarga, dan Mata pelajaran terpadu. Ujian diadakan sebanyak 5 kali yaitu pada
bulan Mei, Juli, Oktober, Desember dan Februari. Tahun ajaran baru dimulai pada
bulan April dan diakhiri bulan pertengahan Juli. Salah satu ciri khas SMA
Nakamura adalah Reading Session yang diperuntukkan untuk kelas 1 dan 2. Pada
kegiatan ini masing-masing kelas dianjurkan untuk memilih satu buku yang akan
didiskusikan bersama dalam kelas. Tujuan kegitan ini adalah untuk memberikan
pemahaman yang luas dan saling pengertian antar siswa dalam mengeluarkan
pendapat.
e.
Pendidikan
Kejuruan
Seperti halnya di Indonesia, selain
Sekolah Menengah Atas terdapat pula Sekolah Kejuruan. Konsep pemisahan antara
sekolah umum dan sekolah menengah adalah bentuk pelaksanaan demokrasi, yang
memberikan kesempatan kepada warganegara untuk mengikuti pendidikan sesuai
keinginannya. Penyediaan sekolah kejuruan bertujuan untuk menampung aspirasi
warganegara yang tidak menginginkan pendidikan umum.
Namun sejalan dengan perkembangan
dan tuntutan pendidikan di jepang timbullah sebuah pemikiran untuk
mengintegrasikan pendidikan umum dan pendidikan kejuruan. Reformasi yang
dilakukan bukan berarti mengintegrasikan antara SMA dan SMK, namun meramu
kurikulum baru yang seimbang antara konten akademik dan konten vokasionalnya.
Dengan usulan itu, maka kurikulum SMK pun harus dilengkapi dengan pendidikan
umum selain pendidikan kejuruan demikian pula sebaliknya.
Salah satu contoh sekolah yang
menerapkan pendidikan umum dan pendidikan kejuruan adalah SMA Negeri favorit di
Nagano yaitu SMA Tatsuno. Pendidikan umum di SMA Tatsuno dibagi dalam 3
jurusan, yaitu Jurusan Bahasa yang merupakan jurusan untuk melanjutkan ke
Fakultas Bahasa, Akademi/College, atau bercita-cita menjadi pegawai negeri.
Jurusan kedua adalah Jurusan Sains yang mempersiapkan siswa untuk meneruskan ke
Perguruan Tinggi jurusan sains. Dan yang ketiga adalah Jurusan Kesejahteraan
dan Keluarga yaitu jurusan yang mempersiapkan siswa untuk meneruskan ke PT
jurusan sosial kemasyarakatan. Pendidikan Kejuruan di Tatsuno adalah pendidikan
bisnis, yang dibagi menjadi tiga jurusan, yaitu Jurusan Akuntansi, Jurusan
Informasi, dan Jurusan Manajemen. Jurusan Akuntansi mempersiapkan siswa untuk
melanjutkan ke Perguruan Tinggi pada jurusan terkait. Jurusan Informasi
menekankan kepada penguasaan multimedia dan penyusunan informasi bisnis, dengan
sasaran melanjutkan ke Perguruan Tinggi. Jurusan Manajemen memfokuskan kepada
kegiatan manajemen bisnis, marketing dan etika berbisnis.
f.
Pendidikan
Tinggi
Di Jepang secara umum ada 2 jenis
perguruan tinggi yaitu Daigaku (Universitas) dan Tanki-daigaku (junior
college). Lamanya pendidikan Daigaku adalah 4 tahun kecuali pada
program-program kedokteran. Sedangkan pada Tanki-daigaku selama 2 sampai 3
tahun. Untuk masuk ke Perguruan Tinggi di jepang harus mengikuti proses seleksi
yang sangat ketat dengan tingkat kompetisi yang tinggi. Awalnya mereka
mengikuti Achievement tes (tes tertulis) yang diadakan serentak sama seperti
SPMB di Indonesia. Setelah itu calon mahasiswa harus mengikuti interviuw, tes
essay dan ujian-ujian lain yang diselenggarakan oleh Pergururuan Tinggi.
g.
Pendidikan
Non Formal
Pendidikan non formal di Jepang
dikenal sebagai pendidikan sosial. Banyak tersedia untuk pendidikan non formal
seperti pendidikan untuk remaja, usia lanjut, atau hobi seperti surat menyurat.
Kegiatan pendidikan non formal di Jepang rata-rata dilaksanaan oleh lembaga non
pemerintah seperti lembaga persurat kabaran, lembaga penyiaran, toko-toko,
perusahaan dan lain-lain.
C.
Manajemen
Pendidikan Negara Jepang
a)
Otorita
Pendidikan
Wewenang tertinggi yang mengatur tentang pendidikan
di seluruh Jepang ada pada Kementerian Pendidikan, Budaya, Olahraga, Sains dan Teknologi.
Yang selanjutnya memiliki perpanjangan tangan kekuasaan yaitu Dinas Pendidikan
di setiap prefecture dan municipal (provinsi dan kota), yang disebut
Kyouikuiinkai (The Board of Education).
Dinas Pendidikan adalah institusi yang terpisah dan
independen dari kekuasaan Gubernur atau Walikota. Dinas Pendidikan terdiri dari
Dewan Perwakilan (Representative Council) yang terdiri dari 5 orang anggota
yang merupakan perwakilan dari masyarakat (angka ini bisa saja 6 di prefektur
yang lain dan bisa juga kurang dari 5 di level kota kecil). Wakil-wakil ini
ditunjuk oleh Gubernur atau Walikota dan kemudian diajukan kepada Dewan
Perwakilan Rakyat Prefektur atau Kota untuk diangkat.
Selanjutnya di samping Dewan Perwakilan yang dipilih
di level provinsi atau kota, sebagaimana Dinas Pendidikan di semua prefektur di
Jepang, Dinas Pendidikan juga terdiri dari struktur organisasi yang pegawainya
diangkat oleh Menteri Pendidikan.
b)
Pendanaan
Pendidikan
Tahun 2007, Kementerian Pendidikan, Olahraga, Budaya
dan Teknologi Jepang (MEXT) menetapkan dana pendidikan sebesar 5,270.5 billion
yen. Berikut adalah alokasi anggaran yang diterbitkan oleh MEXT dalam situsnya.
Anggaran terbesar dialokasikan untuk pembinaan dan
pengembangan compulsory education (wajib belajar), yaitu untuk pembayaran SPP
siswa, sebesar 31.6% dari total anggaran. Sebagaimana diketahui bahwa siswa SD
dan SMP di Jepang tidak membayar uang SPP, dan hanya membayar biaya non SPP, seperti
pembelian buku penunjang (buku wajib gratis), biaya ekskul, tour sekolah, dll.
Pengeluaran terbesar kedua adalah untuk manajemen
pendidikan tinggi yang beralih status dari universitas negeri menjadi
“koujinka” (Corporation Law), semacam BHMN di Indonesia. Dana untuk kegiatan
ini sebesar 22.9% dari total anggaran. Perubahan status universitas di Jepang
adalah sebagai langkah privatisasi instansi negara yang sudah dimulai sejak
masa PM Koizumi. Tak heran jika beberapa universitas menempuh penghematan dalam
penggunaan fasilitas kampus, seperti yang saya alami di kampus, jatah kertas
printer dan fotocopy berkurang. Tetapi SPP mahasiswa tidak naik, bahkan di
Tokyo University malah terjadi penurunan SPP.
Anggaran terbesar ketiga adalah untuk pengembangan
sains dan teknologi (16%). Di SMP dan SMA Jepang, 2 tahun yang lalu telah
diperkenalkan program Super Science, berupa peningkatan value materi sains, dan
penambahan perlengkapan eksperimen di sekolah. Sebagian besar dana disalurkan
untuk penelitian sains di universitas. Perolehan nobel 3 professor Jepang di
bidang Fisika (seorang warganegara AS kelahiran Jepang) dan dan seorang di
bidang Kimia (warganegara AS kelahiran Jepang) tahun ini semestinya semakin
memacu pemerintah untuk mengucurkan dana di bidang ini.
Anggaran selanjutnya adalah untuk membantu
sekolah/universitas swasta, sebesar 8.6% dari total anggaran. Dari dana ini,
sponsor terbesar diberikan kepada universitas swasta. Sekolah-sekolah swasta di
Jepang mendapat bantuan dana dari MEXT dan juga pemerintah daerah setempat,
tergantung kepada tingkat keperluan.
Anggaran terbesar selanjutnya adalah untuk life long
learning education, olahraga, termasuk di dalamnya anggaran untuk mahasiswa
asing. Tahun ini beasiswa yang dikeluarkan oleh MEXT untuk mahasiswa asing
sebesar 175,000 yen per kepala, yang ada rencana akan diturunkan menjadi
160,000 yen per Oktober tahun ini.
Anggaran lainnya adalah untuk kebijakan energi
berupa penggunaan peralatan listrik yang diperlukan saat musim panas (AC) atau
heater (saat musim panas), penggunaan listrik dan air. Dana untuk keperluan ini
sebesar 4.2% total anggara, lalu 2.3% anggaran dipakai untuk pemberian beasiswa
kepada anak-anak Jepang, 2% untuk pemeliharaan fasilitas sekolah negeri, 1.9%
untuk kegiatan budaya, 1% untuk grant pemeliharaan fasilitas universitas
negeri, dan 0.8% untuk pemesanan dan pembelian buku pelajaran.
c)
Personalia
Pendidikan
Personalia pendidikan adalah semua orang yang
terlibat dalam tugas-tugas pendidikan, yaitu para guru/dosen sebagai pemegang
peranan utama, manajer/administrator, para supervisor, dan para pegawai. Para
personalia pendidikan perlu dibina agar bekerja sama secara lebih baik dengan
masyarakat.
d)
Kurikulum
Dan Metode Pengajaran
Pendidikan Jepang sama rata di mana pun di Jepang.
Pada dasarnya tidak ada UN karena memang semua sekolah sudah didasari oleh
fondasi kurikulum yang dijaga sangat ketat oleh Kementerian Pendidikan Sains
dan Teknologi Jepang (MEXT).
Pedoman Kurikulum Pendidikan (PKP) yang
disebut gakushuu shido youryou sudah ada dan semua sekolah harus mengacu kepada
hal tersebut yang sudah ditentukan MEXT atau Monbusho.
PKP tersebut wajib diikuti oleh semua sekolah,
baik SD, SMP, SMA, dan sekolah Kejuruan di Jepang, yang memuat isi pendidikan
dan detil pengajaran setiap mata pelajaran. Dapat dikatakan seperti manual
book, dan yang dulu dipakai adalah kurikulum tahun 2002. Mulai tahun 2011
diganti dengan kurikulum yang baru.
Mengapa diganti? karena kurikulum 2002 yang diberi
nama yutori kyouiku, pendidikan yang sangat memberikan kelegaan sehingga mutu
pendidikan murid-murid jadi menurun. Satu contoh konkret adalah menurunnya
kualitas pendidikan matematika pelajar Jepang yang dulunya sering juara pertama
matematika dunia, kini peringkat menurun drastis.
Pelajaran bahasa Inggris semakin ditekankan agar
pelajar Jepang dapat lebih siap bergaul dengan kalangan internasional.
Kebijaksanaan PM Jepang Shinzo Abe ingin sebanyak mungkin pelajar Jepang pergi
belajar atau internship ke luar negeri sehingga wawasan anak muda Jepang jadi
luas nantinya, wawasan internasional.
Kyoukasho atau buku pelajaran Jepang dibagikan
gratis oleh pemerintah Jepang dengan berbagai perbaikan. Kalau dulu sejarah
hitam Jepang dengan penjajahannya berusaha tidak dimunculkan, kini sejarah
Jepang sudah berisi apa adanya, menuliskan sesuai sejarah di masa lalu.
Pendidikan di Jepang sampai dengan SMP Umumnya
mendapat subsidi uang dari pemerintah sehingga pelajar dapat belajar gratis.
Uang untuk anak kita bukan untuk orangtuanya. Tetapi ditransfer uang ke
rekening orangtuanya, buat uang sekolah, beli makanan, transportasi sekolah dan
sebagainya keperluan si anak.
Ada pula sekolah yang sampai dengan SMA memberikan
subsidi kepada muridnya. Tetapi yang SMA itu tampaknya untuk warga negara
Jepang. Hal subsidi ini khususnya yang SMA masih lebih kepada kebijaksanaan
sekolah masing-masing. Tetapi sampai dengan SMP semua warga negara yang ada di
Jepang, miskin, asal visa sah dan lapor pajak dengan benar di Jepang, anaknya
sampai dengan SMP akan mendapat subsidi.
Ujian masuk sekolah di Jepang memang sangat sulit.
Kalau lulus, umumnya lulus semua, kalau tidak lulus (ryunen) biasanya ada
pendidikan tambahan bagi pelajar tersebut. Pada dasarnya sekolah mau meluluskan
semua murid sampai dengan SMA asal si anak benar-benar belajar dengan baik sesuai
petunjuk sekolah dan pendidikan yang diberikan gurunya. Jadi lulus dapat
dikatakan dengan mudah. Bahkan sampai dengan S3 (tingkat Doktor) pun dapat
lulus dengan mudah asal wajar-wajar saja. Namun masuk sekolah, apalagi masuk
S1, S2 dan S3 sangat sulit sekali di Jepang.
Sehingga ada kegiatan Juken atau semacam bimbel
(bimbingan belajar) di Jepang agar si murid bisa masuk sekolah yang diinginkan
dengan baik. Orangtua murid seringkali berjuang habis-habisan untuk memasukkan
anaknya ke sebuah sekolah (favorit) karena tahu masa depan akan baik. Misalnya
masuk ke Universitas Tokyo (seperti Universitas Indonesia), maka masa depan si
anak biasanya baik. Ini salah satu sekolah impian di Jepang.
Tapi SMA adalah tanggung jawab masing-masing
sehingga di sinilah mulai persaingan dengan kegiatan JUKEN ang harafiahnya
mengikuti ujian masuk, tetapi secara umum merujuk pada kegiatan belajar untuk
mempersiapkan ujian masuk. Dan biasanya murid akan mengikuti pelajaran tambahan
di bimbingan belajar, bimbel (Aku ingat topik ini yang membawaku ke blog Bang
Hery Azwan tahun 2008 lalu).
Ada pula sistem undian atau Chuusen. Murid tertentu
bisa ikut ujian dan lulus lebih awal kalau beruntung terpilih dalam undian.
Logika penulis, mestinya chuusen tersebut dilakukan setelah ujian. Kalau ada
yang tidak lulus, masih dimungkinkan ikut undian sehingga bisa ikut lulus, bisa
masuk sekolah tersebut. Tapi di Jepang justru terbalik. Yang tidak mendapat
undian, yang gagal, tentu tidak bisa ikut ujian dan tak bisa masuk sekolah yang
diinginkan tersebut. Jadi di Jepang masuk sekolah bukan soal uang. Kalau benar
sudah lulus ujian masuk sekolah, sudah diterima, barulah bicara uang masuk
sekolah. Lain kalau di Amerika Serikat, yang penting ada uang, berapa bisa
bayar, walau mahal, pasti bisa masuk sekolah.
Ulangan atau test kecil selalu dilakukan di Jepang
untuk tetap memacu kualitas dan kuantitas belajar sang murid agar kualitas
terjaga baik.
Inilah pendidikan Jepang yang benar-benar menekankan
sumber daya manusia, menekankan pendidikan bagi manusia, terutama sampai dengan
SMP semua orang tak peduli warga Negara diwajibkan sekolah dan uang dari pihak
pemerintah bagi yang miskin. Sangat adil sangat membantu sekali semua yang
berdomisili apalagi warga Negara Jepang sendiri sehingga tingkat pendidikan di
Jepang 90% tinggi dan tidak berbeda jauh. Akibatnya, komunikasi antar manusia
di Jepang berjalan dengan baik karena memiliki tingkat atau level pendidikan
yang tidak berbeda jauh.
e)
Penilaian
Tahun ajaran
baru di sekolah-sekolah Jepang dimulai pada bulan April dan diakhiri pada bulan
Maret tahun depannya. Sistem ini berlaku sama dari mulai TK hingga Perguruan
Tinggi. Berbeda dengan Indonesia yang mengenal sistem dua semester,
sekolah-sekolah di Jepang masih menggunakan sistem CAWU atau three terms, yaitu
CAWU I dari April - Juli, CAWU II September- Desember, dan CAWU III dari bulan
Januari hingga Maret. Liburan terpanjang ada pada bulan Agustus-September,
yaitu selama 40 hari (liburan musim panas).
Sejak bulan
September 1992 Jepang menerapkan sistem 5 hari sekolah (Senin-Jumat), yang
awalnya hanya diterapkan sekali sebulan, yaitu pada pekan pertama saja.
Kemudian sejak April 1995, diterapkan dua kali sebulan, yaitu pada pekan ke-2
dan pekan terakhir. Dengan sistem ini hari efektif sekolah selama setahun
sebanyak 220 hari. Angka ini tergolong tinggi dibandingkan dengan negara
anggota OECD lainnya.
Sistem
akselerasi atau kelas percepatan untuk anak pandai juga tidak ada di Jepang,
tetapi pada tahun 1990, MEXT pernah mengeluarkan kebijakan untuk mengijinkan
anak di bawah 18 tahun melanjutkan ke Perguruan Tinggi. Kesempatan ini terutama
diberikan kepada anak jenius di bidang matematika dan sains. Namun kebijakan
ini kelihatannya tidak berlanjut, karena asas homogenitas kelihatannya masih
tetap kuat dipertahankan oleh para pendidik.
Pendidikan dasar
(shougakkou) tidak mengenal ujian kenaikan kelas, tetapi siswa yang telah
menyelesaikan proses belajar di kelas satu secara otomatis akan naik ke kelas
dua, demikian seterusnya. Ujian akhir pun tidak ada, karena SD dan SMP masih
termasuk kelompok compulsoy education atau pendidikan dasar, sehingga siswa
yang telah menyelesaikan studinya di tingkat SD dapat langsung mendaftar ke
SMP.
Penilaian proses
belajar dilakukan dengan ulangan harian yang bertujuan untuk mengecek daya
tangkap siswa. Penilaian ulangan tidak menggunakan angka melainkan dengan huruf
: A, B, C, kecuali untuk matematika. Tes IQ dilakukan pada siswa kelas 4 hingga
kelas 6 untuk melihat kemampuan dasar siswa. Data ini tidak dipergunakan untuk
mengelompokkan siswa berdasarkan hasil test IQ-nya, tetapi untuk memberikan
perhatian lebih kepada siswa dengan kemampuan di atas normal atau di bawah
normal. Siswa-siswa di Jepang tidak dikelompokkan berdasarkan kepandaian,
tetapi semua anak dianggap “bisa” mengikuti
pelajaran, sehingga kelas berisi siswa dengan beragam kemampuan akademik.
Di tingkat SMP
dan SMA ada dua kali ulangan yaitu mid test dan final test, tetapi tidak
bersifat wajib ataupun nasional. Di beberapa prefecture (daerah) yang
melaksanakan ujian, final test dilaksanakan serentak selama tiga hari, dengan
materi ujian yang dibuat oleh sekolah berdasarkan standar dari Educational
Board di setiap prefektur. Penilaian kelulusan siswa SMP dan SMA tidak
berdasarkan hasil final test, tapi akumulasi dari nilai test sehari-hari,
ekstra kurikuler, mid test dan final test. Dengan sistem seperti ini, tentu
saja hampir 100% siswa naik kelas atau dapat lulus.
Selanjutnya
siswa lulusan SMP dapat memilih SMA yang diminatinya dengan mengikuti ujian
masuk SMA yang bersifat standar, artinya soal ujian dibuat oleh Educational
Board di setiap prefektur. Di Aichi prefecture, SMA-SMA dikelompokkan dengan
pengelompokan A, B. Pengelompokan tersebut dibuat dalam proses memilih SMA.
Setiap siswa dapat memilih satu sekolah di kelompok A dan satu sekolah di
kelompok B. Jika siswa lulus dalam kelompok A, maka secara otomatis dia gugur
dari kelompok B. Dalam memilih SMA, siswa berkonsultasi dengan guru, orang tua
atau disediakan lembaga khusus di Educational Board yang bertugas melayani
konsultasi dalam memilih sekolah. Ujian masuk pun hampir serentak di seluruh
Jepang dengan bidang studi yang sama yaitu, Bahasa Jepang, English, Math,
Social Studies, dan Science. Di level ini siswa dapat memilih sekolah di
distrik lain.
D.
Isu-Isu
Pendidikan Negara Jepang
Terdapat beberapa masalah dan tantangan dalam
pendidikan di Jepang, satu diantaranya adalah populai sekolah yang terus
meningkat jumlahnya terutama diperkotaan ditambah pula dengan gelombang anak
muda yang cenderung berpindah ke kota. Ini berarti bahwa jumlah sekolah
diperkotaan meningkat, terutama sekolah-sekolah menengah tingkat atas harus
ditambah, sementara sekolah-sekolah di luar kota kehilangan populsinya.
Peningkatan populsi sekolah, ditambah lagi dengan peningkatan teknologi di
daerah-daerah perluasan industri nsional, yang cenderung semakin canggih,
menyebabkan makin perlunya meningkatkan populasi perguruan tinggi. Deskan ini
didukung dengan kekayaan masyarakat dan antusiasme orang-orang pendidikan. Pada
tahun 1980-an, rasio populasi pendidikan tinggi adalah sekitar 39%, dan
diantisipasi akan terus meningkat di tahun-tahun mendatang. Hal ini sangat
didorong oleh kebutuhan pasar kerja atas tenaga yang berkualifikasi lebih
tinggi sebagai dampak kemajuan teknologi.
Kemajuan iptek serta pergeseran distribusi tenaga di
sector pasar kerja selanjutnya menuntut pendidikan tinggi mengubah tekanan atau
prioritas program-program studi yang ada, dan juga harus dihayati pula di
tingkat pendidikan dasar dan menengah. Bukannya pengajaran yang didasarkan pada
ilmu pengetahuan (knowledge-based instruction) yang diutamakan, tetapi tekanan
harus pada kreativitas dan pengembangan karakter setiap anak. Muncul di
kalangan masyarakat Jepang keyakinan bahwa sistem pendidikan saat ini
mengandung dua kelemahan yang sangat berbahaya.
Masyarakat mempersepsikan kaum muda Jepang sebagai
kekurangan dalam ilmu dan keterampilan, dan lebih berbahaya lagi, tidak punya
sikap yang baik dan tepat terhadap hidup dan kehidupan. Berbagai indicator
menunjukkan bahwa tidak kelihatan usaha, baik dari keluarga maupun sekolah yang
secara sungguh-sungguh memberikan perhatian terhadap anak-anak tentang
bagaimana sikap hidup yang cocok dan benar. Indicator-indikator itu antara
lain: kurangnya respek mereka terhadap orang tua; meningkatnya individualisme
dan tingkah laku yang memperlihatkan sifat keras kepala; sikap kurang ajar, tak
bisa ditebak; menurutnya kekuatan fisik dan kebugaran; sikap kurang
partisipatif terhadap masalah-masalah masyarakat; dan meningkatnya kenakalan remaja.
Maka jelaslah bahwa memperbaiki mutu atau kualitas
sistem pendidikan sekolah, memperbanyak dan meningkatkan mutu pendidikan
tinggi, serta mendiversifikasi kesempatan pendidikan didalam atau diluar sistem
sekolah formal merupakan tugas pokok yang harus diselesaikan oleh masyarakat
Jepang.
E.
Analisa
Terhadap Sistem Pendidikan Jepang
Jepang mempunyai penduduk yang homogen, yaitu
terdiri dari 99.4 % orang jepang. Bahasa jepang dipakai sebagai bahasa resmi
dan dipakai mulai dari persekolahan samapai perguruan tinggi. Sebagian besar
anak-anak dijepang memasuki taman kanak-kanak. Kemudian pada usia enam tahun
mereka mulai masuk sekolah dasar yang wajib bagi semua orang, berlangsung
selama enam tahun. Sekolah pertama adalah termasuk pendidikan wajib.
System pendidikan di jepang memiliki kemiripan pada
system di Indonesia, dimana jenjang pendidikannya melalui 4 tahap secara
umumnya yaitu, 6-3-3-4 artinya siswa harus melewati 6 tahun untuk tahap
pendidikan dasar, 3 tahun sekolah mengengah pertama, 3 tahun sekolah menengah
atas, dan 4 tahun Perguruan Tinggi. Hal tersebut dikarenakan Negara Indonesia
merupakan bekas Negara jajahan jepang sehingga sebagian sistem pendidikan
Negara jepang masih diterapkan dinegara Indonesia dengan sedikit perubahan
dimana Negara kita lebih memfokuskan pada pelajaran logika dan penilaian hasil
akhir semester sebagai penentu kelulusan siswa, sedangkan di Negara jepang
lebih memfokuskan pada pengembangan watak kepribadian dalam kaitannya terhadap
kehidupan sehari-hari dan penilaian ditentukan oleh guru/ dosen kelas dengan
melihat kinerja belajar siswa sehari-hari sebagai penentu kelulusan.
Negara jepang merupakan Negara yang sukses dalam
memajukan pendidikanya terlihat pada pengaturan system pendidikannya yang
tertata dengan baik dimana seluruh lembaganya bekerjasama dan melaksanakan
perananya masing-masing secara optimal mulai dari lembaga administrasti,
lembaga pendidikan, lembaga pengawas kurikulum, dll. Serta adanya dukungan yang
baik antara pemerintah, kepala sekolah, guru, murid dan orang tua yang turut
berperan terhadap majunya pendidikan dinegara tersebut. Kerjasama yang baik
antara seluruh komponen Negara inilah yang mampu membawa kesuksesan Negara
jepang hingga mampu mencapai seluruh tujuan-tujuan pendidikan yang dicanangkan
kurang dari 25 tahun dan tercatat sebagai Negara dengan kualitas dan
sistempendidikan terbaik se-Asia, sungguh prestasi yang mengagumkan.
Pendidikan wajib yang diberikan secara gratis
dinegara tersebut menandakan bahwa pemerintahan disana memang amat memperdulikan
Sumber Daya Manusia di negaranya dan menjadi bukti bahwa system administrasi
Negara jepang memang berjalan dengan baik dan bertanggung jawab terhadap
pemenuhan kebutuhan negaranya termasuk memfasilitasi sarana dan prasarana yang
bermutu dalam proses belajar mengajar.
Budaya disiplin waktu dan kerja keras Negara jepang
yang sejak dahulu diajarkan dari leluhur-leluhur mereka selalu mereka tanamkan
di dalam kehidupan sehari-hari turut berpengaruh pada kemajuan Negara
ini.
BAB
III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Beberapa persamaan dan perbedaan sistem pendidikan
yang diterapkan pada dua negara tersebut. Adapun persamaannya:
·
Sistem penjenjangan persekolahan
pendidikan di kedua negara tersebut sama-sama menggunakan pola 6-3-3-4, yaitu 6
tahun bagi SD, 3 tahun bagi SMP, 3 tahun bagi SMA, dan 4 tahun di perguruan
tinggi.
·
Usia siswa yang belajar pada setiap
jenjangnya ada yang sama, yaitu pendidikan dasar 9 tahun antara usia 6-15
tahun, sekolah menengah atas usia 16-18 tahun, dan pendidikan tinggi antara 19-25
tahun.
·
Kedua negara tersebut mewajibkan belajar
bahasa Inggris sejak tahun pertama di SMP, dengan demikian siswa diharapkan
mempunyai kemampuan yang berwawasan internasional.
Sedangkan perbedaan yang menyolok pada sistem
pendidikan di kedua negara ini sebagai berikut:
·
Dalam tujuan umum pendidikan Jepang
mengutamakan perkembangan kepribadian secara utuh, menghargai nilai-nilai
individual, dan menanamkan jiwa yang bebas. Sedangkan di Indonesia pendidikan
bertujuan agar peserta didik menjadi manusia yang beriman dan bertakwa,
berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga
negara yang demokratis dan bertanggung jawab.
·
Jepang tidak memasukkan mata pelajaran
pendidikan agama di semua jenjang persekolahan (memisahkan pendidikan agama
dengan persekolahan), sedangkan di Indonesia pendidikan agama adalah mata
pelajaran yang wajib untuk setiap jenjang persekolahan.
·
Kurikulum.
B.
Saran-saran
· Jika
isi didalam makalah ini terdapat kekurangan kami mengharapkan kritik serta
saran yang berdampak positif dalam perbaikan.
· Makalah
ini kami harapkan dapat berguna bagi para pembaca sebagai bahan bacaan guna
mendalami Mata Kuliah Perbandingan
Pendidikan tentang Sistem Pengajaran Di Negara Jepang.
· Makalah
diharapkan menjadi tambahan ilmu terlebih khusus untuk orang-orang yang
ingin mempelajari Mata Kuliah Perbandingan Pendidikan.
DAFTAR
PUSTAKA
Assegaf,
Abd. Rachman. 2003. Internasionalisasi Pendidikan: Sketsa Perbandingan
Pendidikan di Negara-Negara Islam dan Barat, Yogyakarta: Gama Media.
Tujuh
adalah Amerika Serikat, Kanada, Jepang, Inggris, Perancis, Jerman, dan Italia
(ditambah Uni Eropa).